WIKA Buatkan Saluran Irigasi Untuk Petani Desa Mulusan, Gunung Kidul
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [WIKA] menyerahkan bantuan berupa saluran pipa irigasi pertanian ke masyarakat Desa Mulusan, Gunung Kidul, DIY, Kamis (4/11). Bantuan tersebut diserahkan General Manager Corporate Relations WIKA Achmad Harris AS disaksikan Komisaris WIKA Prof Suryo Hapsoro Tri Utomo bersama dengan pihak Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diwakili Prof Fatchan Nurochmad dan Sekretaris Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM Ali Awaludin.
Achmad Harris menyampaikan, bantuan ini merupakan bentuk kepedulian WIKA terhadap masalah pasokan air. Saat musim kemarau, daerah itu sering kekurangan pasokan air sehingga menyebabkan tanahnya menjadi tandus.
“Sementara itu, masyarakat di sini bermata pencaharian sebagai petani, dan permasalahan gagal panen kerap terjadi karena kekurangan pasokan air. Kondisi menjadi sedemikian buruk pada saat musim kemarau karena aktivitas pertanian terhenti dan lahan sawah tidak bisa ditanami tanaman apa pun,” jelas Achmad Harris, dalam keterangan yang diterima RM.id, Jumat (5/11).
Langkah yang diambil WIKA sejalan dengan upaya rehabilitasi wilayah tandus yang sebelumnya telah dilaksanakan Dinas Pertanian DIY dan UGM melalui program Kuliah Kerja Nyata. “Dengan dibangunnya pipa irigasi yang langsung mengairi lahan pertanian warga, diharapkan akan meningkatkan produktivitas lahan pertanian,” jelas Fatchan.
Pada program ini, dilakukan pengeboran sumur sedalam 70 meter dan disalurkan ke kawasan pertanian desa serta dibekali dengan tower air yang telah direnovasi, pengadaan dua tandon air dan pompa submersible. Irigasi ini dapat mengairi sawah pada musim tanam II dengan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.
Achmad Harris menambahkan, program ini diharapkan memberikan manfaat yang bisa dirasakan masyarakat, karena itu menjadi indikator kelayakan sebuah program dari sisi output dan outcome yang terukur. Selain itu, kegiatan ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ke-6 (Air Bersih dan Sanitasi yang layak, ke-9 (Industri, inovasi dan infrastruktur), ke-13 (penanganan perubahan iklim) dan ke-15 (ekosistem daratan).
“Jika baik, memungkinkan untuk bisa kita tambah luasan lokasi sasaran atau kapasitasnya. Semua membutuhkan perhitungan yang cermat. Hal ini tentu butuh perencanaan yang integratif antara masing-masing pihak, sehingga semua dapat merasakan dampak yang positif atas keberadaan program,” tutup Harris. [USU]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID