Survey Udara Banjir Bandang Kota Batu BNPB: Banyak Titik Longsor Di Sepanjang Tebing Alur Lembah Sungai Di Wilayah Hulu
Banjir bandang yang menerjang Kota Batu, Jawa Timur, pada Kamis (4/11), ternyata tidak hanya dipicu oleh faktor cuaca semata.
Hasil survey udara yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Wali Kota Batu dan jajaran Forkompimda pada Sabtu (6/11), mengungkap data visual yang menunjukkan adanya titik-titik longsor di sepanjang tebing alur lembah sungai di wilayah hulu.
Dari pengamatan visual heli yang terbang rendah, ditemukan adanya 6 alur lembah sungai yang setiap sisinya sangat terjal, dan tidak dilindungi oleh vegetasi yang rapat dan memiliki akar yang kuat.
Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, kondisi tersebut memicu terjadinya longsoran-longsoran yang kemudian terkumpul, dan membentuk bendungan alam yang menutup alur air.
Longsoran ini tidak hanya menutup alur alir dengan material tanah longsoran, tetapi juga pohon-pohon yang tumbang terbawa material longsor. Analisis sementara menduga, bendungan alami itu jebol dan tidak kuat menahan debit air setelah hujan, dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu pada Kamis (4/11) pukul 14.00 WIB.
Dalam survey lain di bagian hilir, didapatkan pula data visual yang menunjukkan bahwa di sepanjang bantaran sungai terdapat perkebunan semusim yang melebar hingga di tebing sungai.
Dari pengamatan melalui udara tersebut, tampak jelas bahwa perkebunan itu mengalami kerusakan seperti meleleh, karena tergerus air hujan dengan intensitas tinggi. Jenis vegetasi yang ditanam tidak memiliki akar yang kuat, untuk mengikat tanah dan menyerap air.
Ketika ada debit air yang cukup besar dari wilayah hulu, maka lelehan atau longsoran di wilayah tengah dan hilir akan menambah kontribusi sedimen. Sehingga, ketika sampai di permukiman warga ketebalan lumpur menjadi sangat besar.
Rekomendasi BNPB
Melihat data hasil survey udara dan analisis sementara banjir bandang di Kota Batu, BNPB memberikan beberapa rekomendasi.
Pertama, BNPB mengingatkan kembali adanya fenomena La Nina hingga Februari 2022. Fenomena tersebut dapat memicu terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan sebanyak 20-70 persen.
Kedua, mengingat masih banyak terlihat pohon-pohon tumbang di lokasi bekas longsoran di hulu, diperlukan adanya giat susur sungai dengan instansi yang berpengalaman seperti TNI, Polri, Basarnas.
Hal itu sangat penting dilakukan, untuk melihat titik-titik potensi sumbatan atau bendung alam di wilayah hulu.
Kegiatan susur sungai ini harus diikuti dengan pembersihan sisa-sisa pohon tumbang di wilayah hulu, sebab hal itu masih berpotensi menghambat atau membendung aliran.
BNPB juga merekomendasikan agar wilayah lereng tebing atau kawasan kebun semusim lainnya ditanami dengan jenis vegetasi yang keras dan berakar kuat. Sehingga, dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsoran.
Selain itu, BNPB juga merekomendasikan agar tidak memanfaatka lereng jalur lembah sungai untuk perkebunan semusim.
Dalam hal ini, Pemerintah Kota Batu bisa mengacu kepada aturan penggunaan lahan sepanjang sempadan sungai.
Lereng terjal dengan tingkat kemiringan hingga 30 derajat sebaiknya ditanami vetiver, jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat dan dapat mengikat tanah.
Rekomendasi terakhir, kesiapsiagaan masyarakat harus ditingkatkan, khususnya saat terjadi hujan deras.
Jika terjadi hujan sangat deras secara menerus selama 1 jam, jarak pandang terbatas hanya 30 m, masyarakat yang tinggal di sekitar lereng tebing dan di daerah rendah sepanjang aliran sungai, harus dievakuasi sementara ke tempat yang lebih aman. [HES]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID