Soal Duet Prabowo-Puan Hasto: Terlalu Dini

0

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto enggan menanggapi langkah sejumlah relawan yang mendeklarasikan dukungan ke Prabowo Subianto-Puan Maharani sebagai capres-cawapres 2024. Hasto menegaskan, saat ini masih terlalu dini untuk membicarakan pilpres.

Hal itu disampaikan Hasto usai menghadiri peluncuran buku mantan Kapolri Hoegeng Iman Santoso, di Jakarta Selatan, kemarin. Daripada ngomongin copras-capres, Hasto menyarankan para relawan sebaiknya gotong royong membantu Presiden Jokowi melewati pandemi Covid-19. “Jangan bawa kontestasi. Terlalu dini,” tegasnya.

Keengganan Hasto merespons deklarasi capres-cawapres belakangan ini memang cukup beralasan. Salah satunya, KPU saja belum menetapkan jadwal Pemilu 2024 secara definitif. “Yang deklarasi-deklarasi itu sepertinya mau mendorong gimana isu-isu pilpres didorong terlalu awal,” lanjutnya.

Hasto mengingatkan, masa jabatan Jokowi masih panjang. Mendingan para relawan tersebut mendukung Jokowi agar bekerja lebih hebat lagi dan bisa meninggalkan legacy terbaik di masa kepemimpinannya. “Ketimbang bahas kontestasi, terlalu dini, tak lebih baik dalam kondisi saat ini,” tutur Hasto.

Ia juga menekankan, PDIP tidak ingin terlalu awal membahas masalah pilpres. Tahapannya masih panjang. PDIP juga tidak akan ujug-ujug mencalonkan seseorang. Orang yang dicalonkan PDIP harus melalui pengkaderan matang. “Toh, kepemimpinan itu lahir oleh kaderisasi sistemik,” tandasnya.

Sebelumnya, Rabu (3/11), sekelompok relawan yang mengaku berasal dari Konsorsium Tokoh Pemuda Indonesia Bersatu mendeklarasikan Poros Prabowo-Puan. Koordinator Poros Prabowo-Puan, Adianto mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat, nasionalis, negarawan, dan berpihak pada rakyat kecil. “Ciri-ciri tersebut ada pada pasangan Prabowo-Puan,” ucapnya.

Gerindra kaget, bosnya dipasangkan dengan Puan. Menurut Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, para relawan ini sudah mendahului partai. “Kita kaget juga, ada yang sudah mendahului partai, relawannya justru sudah berkoalisi,” kata Dasco, Kamis (4/11).

 

Lalu, bagaimana peluang duet Prabowo-Puan? Pakar komunikasi politik Lely Arrianie melihat, peluangnya cukup besar. Pasangan ini juga diprediksi akan menjadi calon kuat di Pilpres 2024. “Duet Prabowo dan Puan itu kuat, karena dua partai besar bergabung,” kata Lely, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.

Lely meyakini, di internal PDIP, Puan akan lebih dipilih ketimbang Ganjar Pranowo. Meskipun Ganjar punya elektabilitas yang lebih tinggi. Ada banyak faktor lain yang lebih dipertimbangkan selain elektabilitas. Salah satunya trah Soekarno. Menurut Lely, hanya sosok dari trah Soekarno yang mampu menjaga soliditas partai dan loyalitas kader PDIP seperti saat ini.

“Belum tentu Ganjar mampu menjaga PDIP. Karena dia bukan trah Soekarno. Puan, walau bagaimanapun, dia itu cucu Soekarno,” ucapnya.

Selain itu, karier politik Puan juga meritokrasi. Bukan ujug-ujug jadi. Puan mulai dari bawah, berawal dari kader lalu jadi anggota DPR, kemudian naik jadi Ketua Fraksi DPR, Menteri, dan sekarang menjadi Ketua DPR.

Ia juga meyakini, PDIP tidak masalah jika harus mengalah ke Gerindra dengan terima posisi cawapres. “Puan juga bisa sambil belajar di posisi Wapres,” sambungnya.

Jebolan doktoral terbaik Universitas Padjadjaran, Bandung ini, menilai, pernyataan Hasto yang merespons deklarasi Prabowo-Puan terlalu dini, bukan pertanda tidak setuju. Akan tetapi lebih untuk menjaga situasi. Dia melihat, PDIP ingin menghindari komunikasi politik yang cenderung noise.

Analisis berbeda disampaikan Yunarto Wijaya. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia justru menilai peluang duet Prabowo-Puan berat. “Karena ada logika politik yang tidak ketemu. Bagaimana mungkin partai pemenang peringkat pertama menempatkan kadernya sebagai cawapres,” kata pria yang akrab disapa Toto ini, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. [SAR]

]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *