Soal Capres, Megawati Masih Kontemplasi Hasto Sebut Mbak Puan, Ganjar, Baru Nama Lain
Siapa capres PDIP penerus Jokowi di 2024, masih misterius. Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang punya hak prerogatif memilih capres masih nimang-nimang mana yang paling oke. Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto pun, tak berani menyebut satu nama. “Ada Mbak Puan, Pak Ganjar,” kata Hasto, baru menyebut nama-nama lainnya.
Memang, harus diakui, setidaknya ada tiga kader PDIP yang kerap masuk radar survei capres. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan Ketua DPR Puan Maharani. Dari tiga nama itu, ada dua nama yang paling kentara bersaing memperebutkan tiket capres dari PDIP. Yaitu, Ganjar dan Puan.
Keduanya malah sudah mendapat dukungan dari kelompok relawan. Ganjar didukung kelompok relawan bernama Sahabat Ganjar. Ada pun kelompok relawan yang mendorong Puan maju jadi capres bernama Gema Puan. Sebulan terakhir, kedua kelompok relawan itu bergantian mendeklarasikan dukungan.
Di internal partai berlambang banteng moncong putih itu pun seolah terbelah. Ada yang mendukung Ganjar, ada juga yang memilih Puan. Ada yang terang-terangan, ada juga yang sembunyi-bunyi.
Salah satu kader banteng yang paling lantang mendukung Puan adalah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul. Ketua DPP PDIP itu menyentil kader yang sudah terang-terangan mendukung Ganjar sebagai capres. Kata dia, belum ada instruksi dan arahan soal capres. Ia pun menyebut kader yang mbalelo itu sebagai kader celeng. Bukan banteng.
Serangan itu lalu dibalas oleh Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo. Hadi tersirat membela kader yang mendorong Ganjar. Ia pun membalas sindiran dengan menyebut “kader banteng celengan” dan “banteng sejati” kepanjangan dari sejahtera karena upeti.
Klimaks perseteruan ini akhirnya memunculkan drama Banteng Vs Celeng. Setelah drama itu mulai mereda, Hasto akhirnya angkat suara. Kata dia, siapa capres yang akan diusung PDIP bakal ditentukan oleh Mega sebagaimana diputuskan dalam Kongres V di Bali 2018.
Kata dia, Mega tidak akan sembarangan memilih capres. Pasti akan dipertimbangkan dengan matang sembari mendengarkan aspirasi rakyat. “Termasuk melakukan kontemplasi. Memohon petunjuk dari Tuhan,” kata Hasto, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, kemarin.
Hasto mengingatkan, cara seperti ini juga yang dilakukan Mega saat memutuskan mengusung Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019. Dan terbukti, keputusan Mega mencalonkan Jokowi tidak meleset. Jokowi menang dalam dua kali pilpres.
Lalu siapa yang akan dipilih? Hasto bilang sabar. Yang pasti, kata dia, ada banyak kader PDIP yang layak untuk memimpin bangsa dan negara ke depan. Ia lalu menyebut nama Puan, lalu Ganjar Pranowo, baru lah nama kader lain.
“Ada Mbak Puan, ada Pak Ganjar Pranowo. Dari kalangan pemerintahan ada Bu Risma, kemudian ada Pak Anas dari Banyuwangi. Ada Pak Oli Dondokambey. Kalau dari jajaran internal partai yang tidak duduk di dalam pemerintahan, ada Mas Prananda Prabowo, Pak Ahmad Basarah, dan sebagainya,” paparnya.
Soal survei capres yang kerap menempatkan Ganjar di posisi 3 besar, politisi asal Yogyakarta ini mengatakan, survei itu hanya sebagai referensi dalam membuat program partai. Bukan satu-satunya yang dijadikan tolok ukur dalam memilih calon pemimpin. Survei bagus belum tentu bisa melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggung jawab.
Padahal, kata dia, ke depan Indonesia dihadapkan dengan banyak tantangan, mulai dari ketegangan di Laut China Selatan, krisis di Timur Tengah, kebijakan fiskal terhadap utang dan lain sebagainya. “Jadi pemimpin itu harus dipersiapkan dengan sebaik baiknya,” ujarnya.
Terakhir, Hasto lalu memberikan perhatian kepada FX Hadi Rudyatmo yang membela kader yang terang-terangan mendukung Ganjar nyapres.
Menurut Hasto, apa yang disampaikan Hadi itu hanya seperti obrolan di warung kopi. Sebagai politisi senior banteng, Hadi pasti paham aturan main. “Yang penting ketika Ibu Megawati mengambil keputusan semua taat dan berdisiplin,” ujarnya.
Hasto lalu menegaskan agar kader disiplin untuk urusan capres. “Bagi mereka yang hanya mau bertindak sendiri tanpa disiplin, boleh saja kalau mau keluar dari partai,” kata Hasto.
Lalu siapa capres yang akan diusung PDIP nanti? Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin memprediksi, dua nama yang paling potensial: Ganjar dan Puan. Ganjar punya elektabilitas yang baik dibanding Puan.
Namun, kata dia, sepertinya Ganjar akan sulit mendapat tiket capres dari PDIP. Karena tiket capres/cawapres kemungkinan diberikan kepada Puan. Menurut dia, posisi Puan akan sulit digeser sebagai capres PDIP.
Mungkin ada skenario lain seperti memberikan tiket kepada Ganjar jika elektabilitas Ganjar benar-benar tinggi. “Tapi, skenario itu kecil kemungkinannya,” kata Ujang, saat dikontak, kemarin.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai, PDIP pada akhirnya akan realistis. Kata dia, wajar kalau PDIP memberikan tempat spesial bagi Puan. Jadi pilihan pertama memberikan tiket kepada Puan.
Namun, jika pada batas waktu, elektabilitas Puan tidak signifikan, kata dia, pada akhirnya PDIP akan mengusung capres/cawapres yang mempunyai elektabilitas tinggi. Menurut dia, sementara ini elektabilitas Puan belum signifikan. “Jadi, Ganjar bisa saja jadi opsi selanjutnya,” kata Adi, kemarin.
Dalam sejumlah survei, elektabilitas Ganjar memang selalu nangkring di papan atas. Bahkan dalam survei teranyar Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar sudah sama dengan Prabowo Subianto.
Elektabilitas keduanya berada di angka 13,9 persen. Sementara elektabilitas Puan, tak mencapai 1 persen. Sementara menurut survei Charta Politika pada Maret 2021, elektabilitas Puan tercatat sebesar 1,2 persen. [BCG]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID