Soal Banjir, Wagub Jakarta Bicara Lebih Galak Liat Noh… Daerah Lain!

0

Tak seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang kalem, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria begitu galak ke para pengkritik banjir.

Riza menegaskan, tak ada banjir di Jakarta yang sampai berhari-hari. Sementara, di daerah lain, ada banjir yang tak kunjung surut, bahkan lebih dari sepekan. Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta ini pun meminta para pengkritik itu untuk melihat perbandingan tersebut.

“Kita lihat sekarang di daerah-daerah di seluruh Indonesia, di musim hujan ini, banyak sekali yang tergenang, bahkan banjir berhari-hari. Bahkan sampai berminggu-minggu. Alhamdulillah, di Jakarta, kita tidak ada genangan atau banjir sampai berhari-hari,” tegas Riza, di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, kemarin.

Meski begitu, Riza tidak mau sombong. Dia pun meminta warga Ibu Kota agar lebih bijak. Caranya, dengan membantu mencegah banjir melalui pola hidup bersih. Ia juga meminta warga yang tinggal di daerah berpotensi banjir untuk selalu bersiaga.

Mantan Wakil Ketua Komisi II DPR itu ingin mewujudkan target Anies agar banjir di DKI bisa surut dalam waktu 6 jam. Untuk itu, ia meminta semua jajaran sigap melakukan pencegahan dan penanganan banjir agar dapat surut sesuai target.

“Seperti yang disampaikan Pak Gubernur, semua jajaran diminta untuk memastikan kesiapannya dan membantu agar genangan harus segera surut. Tidak lebih dari 6 jam,” tegasnya.

Sehari sebelumnya, Anies “melawan” para pengkritiknya menggunakan data dan kata-kata. Kata Anies, banjir di DKI bisa terjadi jika curah hujan mencapai 100 milimeter per hari. Sebab, daya tampung sistem drainase yang ada DKI hanya mampu menampung curah hujan 100 milimeter per hari.

Sementara, untuk kapasitas sungai, hanya bisa menampung 2.300 meter kubik per detik. Khusus untuk Sungai Ciliwung, hanya bisa menampung air 600 meter kubik per detik. Artinya, jika air dari pegunungan datang hingga 3.300 meter per kubik, daerah sekitar sungai akan banjir.

 

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Misan Samsuri menganggap wajar perbedaan gaya Anies dan Riza dalam melawan para pengkritik banjir. Menurutnya, hal itu merupakan bagian dari psikologi politik seorang pejabat publik. Artinya, Anies dan Riza saling melengkapi.

“Substansinya, saya kira duet kepemimpinan DKI ini sempurna. Salah satu fungsi pejabat publik tentunya menjawab kritik atau pertanyaan publik. Dengan berbagai gaya komunikasinya, kepemimpinan DKI selalu hadir untuk memuaskan publik akan kebutuhan informasi,” ulas Misan, saat dihubungi, tadi malam.

Soal banjir, politisi Demokrat itu tak segan mengapresiasi target penanganan yang dilakukan Pemprov DKI. Dia melihat, kerja Anies mengendalikan banjir terbukti.

“Berharap tidak ada banjir sama sekali di DKI sama saja ngimpi di siang bolong. Waktu saya kecil, sewaktu Bambu Apus masih jarang bangunan saja, banjir sudah rutin terjadi. Apalagi sekarang,” ucapnya.

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Oman Rohman Rakinda menilai, meski lebih galak, komunikasi yang ditampilkan Riza sangat bagus. “Wagub dengan sikapnya menunjukkan posisinya seiring sejalan dengan Pak Anies,” katanya.

Oman menilai, persiapan penanganan banjir tahun ini lebih baik. Mulai dari gerebek lumpur sejak April 2021, penyiapan rumah pompa, sampai kesiapan mitigasi bencana banjir.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mencoba mengulas kenapa Anies dan Riza punya gaya berbeda. Kata dia, Anies berlatar belakang cendekiawan, sudah terbiasa memaparkan alasan dengan rasionalitas dan data. Sedangkan Riza seorang politisi, yang terbiasa dengan kata-kata politis.

“Secara sekilas, yang dilakukan Riza Patria terkesan pembelaan. Tetapi, itu baik karena melengkapi cara Anies yang cenderung lemah lembut, bahkan kritikus akan menilai Anies lamban. Di sanalah peran Riza mendorong penjelasan Anies lebih emosional,” urai Dedi. [MEN]

]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *