Sinergi Dengan Pemkab Kendal, LPEI Cetak Eksportir Andal Lewat Program CPNE
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dengan Pemkab Kendal, menggelar pelatihan Coaching Program for New Exporters (CPNE). Di mana pelatihan ini bertujuan untuk mengedukasi eksportir baru di Kendal, dalam memahami pasar ekspor dan semua komoditas memiliki potensi.
Upaya ini merupakan dukungan Pemkab Kendal terhadap pelaku usaha yang memiliki potensi ekspor di daerahnya. Dilaksanakan dalam pelatihan selama dua hari pada 22-23 Juni 2021 lalu, sebagai tindaklanjut atas Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani bersama antara LPEI dan Pemkab Kendal pada Maret tahun ini.
Direktur Pelaksana II LPEI, Maqin U Nurhadi menyampaikan, pelatihan tematik ekspor CPNE di Kendal, merupakan wujud komitmen LPEI untuk terus mengedukasi pengusaha sektor UKM agar menembus pasar global.
“CPNE merupakan salah satu program unggulan LPEI. Terutama dalam mendorong UMKM Indonesia untuk menembus pasar global melalui pelatihan yang komprehensif dan berjenjang selama satu tahun,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (2/7).
Para peserta CPNE akan mendapatkan berbagai wawasan dan pengetahuan, mulai dari pengetahuan dasar sampai ketingkatan lebih lanjut. Sehingga diharapkan dapat menciptakan pelaku UMKM berorientasi ekspor yang berdaya saing serta menghasilkan produk-produk bernilai ekspor.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini merupakan rangkaian kegiatan program CPNE, yang akan diberikan kepada para peserta selama satu tahun dengan tujuan utama adalah menciptakan eksportir baru yang bankable.
Tenaga Ahli 1 Free Trade Agreement (FTA) Semarang Pulung Widhi Hananto, menjadi salah satu narasumber dalam Tematik Kendal yang diselenggarakan oleh LPEI bekerja sama dengan Pembkab Kendal, Jawa Tengah. Di mana Tenaga Ahli FTA ini merupakan lembaga di bawah Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Pulung menegaskan, pelatihan ini bertujuan untuk mengedukasi eksportir baru dalam memahami pasar ekspor dan semua komoditas memiliki potensi. Tidak ada komoditas yang tidak potensial karena semua hampir diminati di pasar. Contohnya, komoditas porang yang awalnya tak dilirik, kini diminati banyak negara dari Asia hingga Eropa.
Merujuk data Badan Karantina Pertanian (Barantan) semester I-2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton, angka ini melampaui jumlah ekspor semester I-2019 (yoy) dengan jumlah 5,7 ribu ton. Peningkatan ini menunjukkan adanya permintaan ekspor sebanyak 160 persen.
“Negara-negara yang menerima suplai ekspor utama porang seperti China, Vietnam, hingga Jepang. Selain negara kawasan Asia, Eropa juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor porang,” imbuhnya saat menyampaikan materi dalam acara Pelatihan Tematik Ekspor CPNE Kabupaten Kendal, Jawa Tengah secara daring/online, Jumat (2/7).
Biasanya porang yang di ekspor dikirim dalam bentuk chip atau produk setengah jadi yang nantinya di negara penerima akan diolah menjadi bahan dasar pangan, kosmetik hingga industri.
“Komoditas porang, pada awalnya tidak berorientasi ekspor atau punya standar ekspor, sekarang benar-benar dicari menjadi primadona. Bahkan, tiga minggu lalu Kemendag juga memberikan keputusan kebijakan untuk pengaturan ekspor porang,” jelas Pulung.
Karena itu, para pelaku usaha diajak untuk selalu memupuk optimisme, mengingat berbagai komoditas ketika memiliki nilai lebih akan punya peminat besar di pasar global. Contoh lain, ekspor batok kelapa Indonesia yang menembus pasar internasional, menjadi bukti, komoditas asli Indonesia mampu bersaing.
“Indonesia kaya dengan segala hal yang notabene bisa diproduksi, diekspor dan memiliki daya jual. Para pelaku usaha harus semangat membangun produk yang dimiliki, berupaya memenuhi standar internasional dan selalu berpikir out of the box ketika melahirkan produk,” ujarnya.
Salah satu catatan yang perlu diperhatikan bagi pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor, yakni mengenai kebijakan FTA. Pelaku usaha sektor UKM bisa memilih negara yang sudah menerapkan FTA dengan Indonesia, karena dari sisi regulasi juga perhitungan pajak, akan lebih kompetitif.
“Dalam komponen harga untuk produk yang akan diekspor, harus sudah memperhitungkan biaya tariff alias pajak, biaya ekspedisi, dan biaya-biaya lain,” ujar Pulung.
Produk yang ditawarkan, mesti memiliki nilai plus dengan barang lain yang sudah ada. Misal ketika menjual produk herbal, seperti Wedang Uwuh, ditambahkan aroma tertentu yang diminati oleh konsumen di negara tujuan.
Sehingga ada kombinasi, ada keunikan yang membedakan dengan produk lain. “Semakin tinggi kreativitas, akan mengangkat level komoditas yang dijual,” kata Pulung.
Yang tak kalah penting, jika kategori produk baru, selalu melakukan pengecekan terutama melalui perwakilan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di masing-masing negara tujuan ekspor, agar mendapat update mengenai tren dan kebutuhan konsumen di negara tersebut.
“Biasanya, ITPC tiap tahun melakukan market intelligence, kemudian dirangkum menjadi sebuah buku yang bisa diakses oleh masyarakat,” jelas dia.
Pulung mengingatkan, di tengah pandemi, kegiatan ekspor juga menjadi lebih menantang. Seringkali, negara tujuan ekspor dengan gampang sekali menolak barang dari negara dengan tingkat kasus Covid-19 yang tinggi.
Karena itu, calon eksportir harus benar-benar mematuhi berbagai syarat yang diperlukan. Sebagai contoh, untuk mengekspor produk kopi, diperlukan sertifikat GLOBAL G.A.P untuk kualitas proses pertanian kopi, serta sertifikat ISO 9001 atau ISO 22000 untuk kualitas proses pengolahan.
“Tak kalah penting, selalu manfaatkan media sosial dan market place global, untuk mempromosikan produk. Ikuti juga pameran ekspor, seperti Trade Expo Indonesia,” kata Pulung.
Bupati Kendal Dico M Ganinduto menambahkan, kolaborasi Pemerintah Kabupaten Kendal dan LPEI melalui pelatihan ekspor, merupakan langkah nyata untuk mendorong para pelaku usaha UKM di daerah agar semakin mampu meningkatkan kualitas produknya.
“UKM menjadi pendorong ekonomi Kendal. Terima kasih kepada LPEI berkenan memberi pendampingan UKM di Kendal,” ucap Dico.
Sektor UKM sambungnya, memiliki potensi besar sehingga perlu menjadi perhatian bersama karena telah terbukti membuka lapangan pekerjaan, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kendal.
Saat ini Pemkab Kendal juga telah bekerja sama dengan market place lokal, untuk mempermudah pelaku UKM mendigitalisasi produknya, serta akan menyiapkan mall pelayanan publik khusus ekspor.
“Ke depan kami akan buat agar UKM Kendal bisa bersaing memasuki pasar global, perizinan difasilitasi, sehingga meningkatkan perekonomian,” pungkas Dico. [DWI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID