Rupiah Lemas Dihantam Kenaikan Yield Obligasi AS
Pagi ini nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,06 persen di level Rp 14.262 per dolar AS dibanding perdagangan kemarin di level Rp 14.257 per dolar AS.
Pergerakan mata uang di Asia bergerak bervariasi. Yen Jepang turun 0,1 persen, baht Thailand minus 0,18 persen, won Korea Selatan melemah 0,49 persen, dolar Singapura turun 0,08 persen, ringgit Malaysia menguat 0,08 persen, dan yuan China naik 0,01 persen.
Indeks dolar AS terpantau menguat 0,07 poin atau 0,08 persen ke 93,397. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro dibuka minus 0,22 persen ke level Rp 16.601, terhadap poundsterling Inggris melemah 0,26 persen ke level Rp 19.457, dan terhadap dolar Australia juga minus 0,22 persen ke level Rp 10.344.
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, rupiah kembali melemah hari ini lantaran kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun.
“Hal ini memberikan sentimen negatif untuk rupiah. Kemarin yield sudah mencapai 1,51 persen, level tertinggi sejak 29 Juni 2021,” sebutnya di Jakarta, Selasa (28/9).
Kenaikan yield, kata Ariston, biasanya didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed. Bank sentral AS itu diproyeksi mulai melakukan tapering off akhir 2021.
The Fed diekspektasikan memulai program tapering yaitu mengurangi pembelian obligasi pada akhir tahun ini dan mengakhiri pembelian di pertengahan tahun depan.
Selain itu, minat pasar untuk berinvestasi di aset berisiko juga menurun. Hal itu terlihat dari pelemahan indeks saham di Asia.
“Penurunan minat pasar terhadap aset berisiko pagi ini di mana indeks saham Asia terlihat melemah juga bisa menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” jelasnya.
Ia memproyeksi rupiah bergerak melemah dengan rentang support Rp 14.240 per dolar AS dan resistance Rp 14.280 per dolar AS. [DWI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID