Riset Kesehatan Makin Terasa Penting, Prof. Tjandra Titip Pesan Ini Untuk BRIN
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan pentingnya riset kesehatan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari program kesehatan masyarakat, dan penanganan kesehatan klinik pasien di suatu negara. Tak terkecuali, Indonesia.
Saat ini, tanggung jawab pemerintah untuk riset kesehatan, ada di tangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra memaparkan 5 hal yang harus dicakup dalam riset kesehatan.
Pertama, penelitian sains dasar (basic science), dengan biomolekuler, nano tehnologi dan sebagainya. Kedua, penelitian klinik untuk penanganan pasien dalam menghadapi penyakitnya sehari-hari.
Ketiga, penelitian operasional (OR – operational research) untuk mengetahui seberapa jauh metode kesehatan masyarakat terimplementasi di lapangan. Keempat, penelitian kesehatan masyarakat berskala luas, untuk menemukan metode terbaik dalam mengatasi masalah kesehatan bangsa.
Kelima, penelitian yang bersifat survei untuk mendapat data situasi kesehatan suatu bangsa. Baik epidemiologis maupun dari aspek lebih luas.
“Dalam melaksanakan riset kesehatan, perlu melibatkan setidaknya 5 pihak. Yakni pasien dan keluarganya, komunitas di masyarakat mencakup tokoh masyarakat, petugas kesehatan – baik di klinik dan RS maupun petugas kesehatan masyarakat -, penentu kebijakan publik di berbagai tingkatan yang keputusannya akan mempengaruhi masalah kesehatan, serta komunitas internasional,” jelas mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, yang juga membawahi penelitian di WHO SEARO.
Menurutnya, komunitas internasional penting dikedepankan, karena kolaborasi antar bangsa akan juga amat mempengaruhi keberhasilan riset kesehatan.
“Perlu disadari, riset kesehatan bukan dilakukan oleh berbagai pihak, dan ini perlu dikoordinasikan dengan baik,” imbuh Prof. Tjandra.
Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan ini menyebut, setidaknya ada 5 pihak yang berperan dalam hal ini. Yaitu pemerintah – tadinya Balitbangkes dan sekarang menjadi BRIN -, perguruan tinggi dan juga RS Pendidikan, dunia usaha, lembaga riset lain di dalam negeri, dan kegiatan riset internasional.
Baik melalui badan dunia seperti WHO dan lain-lain. Serta jaringan universitas dan atau organisasi profesi kedokteran/kesehatan regional dan global, plus lembaga riset internasional.
Prof. Tjandra berharap, riset kesehatan di Indonesia dapat memenuhi 3 harapan utama. Pertama, berperan penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan bangsa, sehingga keputusan yang diambil benar-benar evidence based, berdasar bukti ilmiah sesuai hasil penelitian.
Kedua, ikut berperan dalam penanganan masalah kesehatan regional dan global.
“Ini penting. Apalagi, lenyakit dapat berpindah antar bangsa. Dalam Sidang Umum PBB September lalu, Presiden Jokowi juga sudah mencanangkan perlunya tata ulang kesehatan global,” tegas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Ketiga, riset harus dapat meningkatkan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan anak bangsa, agar benar-benar bertaraf internasional. [HES]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID