Poltekpel Banten Sosialisasikan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Laut Ke Masyarakat Lampung

0

Politeknik Pelayaran Banten (Poltekpel Banten) kembali melaksanakan agenda pengabdian kepada masyarakat (PKM). Kali ini, kegiatan PKM digelar di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung.

Tujuannya, mengajak masyarakat setempat untuk lebih peduli dalam mencegah pencemaran lingkungan laut.

Kegiatan sosialisasi ini sedikitnya diikuti 120 masyarakat pesisir Bandar Lampung dan sekitarnya, yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan, pembudidaya kerang hijau, serta pengolah dan pemasar hasil laut.

Direktur Poltekpel Banten Heru Widada mengatakan, kegiatan PMK yang dilaksanakan Poltekpel Banten sudah berlangsung sebanyak dua kali.

Tahun lalu, kata Heru Widada, Poltekpel Banten juga melakukan PKM dengan sasaran masyarakat pesisir Bandar Lampung. PKM dilaksanakan bekerja sama dengan beberapa pihak agar output yang diharapkan dapat tercapai.

“Program Studi Nautika merupakan inisiator kegiatan PKM ini. Pengabdian kepada masyarakat ini juga merupakan salah satu kegiatan tridharma perguruan tinggi yang rutin dilakukan oleh Poltekpel Banten,” kata Heru Widada dalam keterangan resmi yang diterima RM.id, Sabtu (16/10).

Dia menilai, pencegahan pencemaran lingkungan laut sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat pesisir. Sebab, mereka adalah kelompok masyarakat yang beririsan langsung dengan laut.

“Masyarakat pesisir hidup berkeseharian di laut dan sekitarnya. Peluang mereka melakukan pencemaran sangat tinggi. Untuk itu, kami (Poltekpel Banten) bersama Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Panjang, Politeknik Negeri Lampung (Polinela), dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bandar Lampung memilih tema pencegahan pencemaran lingkungan laut,” tuturnya.

 

Kepala Program Studi Perikanan Tangkap Polinela Eulis Marlina menambahkan, masyarakat pesisir harus memiliki pemahaman dan kesadaran tinggi terkait dengan pencegahan pencemaran laut.

Sehingga, kelestarian laut tetap dapat terjaga dan menjadi support system untuk konsep blue ekonomi yang dicanangkan pemerintah Indonesia.

“Dengan begitu, laut yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat pesisir, juga akan tetap terjaga,” ucap Heru.

Dalam PKM tersebut, perwakilan dari Poltekpel Banten dan Polinela menyampaikan sejumlah materi. Di antaranya materi tentang peran nelayan dalam pencegahan polusi di laut, ghost fishing dan peraturan tentang limbah manusia (sewage).

Selain Eulis Marlina, materi disampaikan Captain David Ricardo, Captain Nursyamsu, Siwi Woro Herningsih, Vidiana Anggrenika, Apriliansyah Putri, Denta Tirtana, dan M.Herbani Sitepu.

Salah satu materi yang menarik perhatian masyarakat nelayan berkenaan dengan pencemaran lingkungan laut oleh alat penangkapan ikan. Kehilangan alat tangkap penangkapan di laut biasanya disebut ghost gear.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), sampah yang terdapat di laut sebanyak 10 persen berasal dari alat penangkapan ikan yang hilang atau dibuang di laut.

Hasil diskusi yang dilakukan oleh pemateri dan masyarakat pesisir memberikan solusi untuk mengurangi sampah dari alat tangkap. Yakni, dengan pemanfaatan kembali alat penangkapan tersebut.

Masyarakat pesisir di Bandar Lampung memanfaatkan jaring atau tambang bekas alat tangkap untuk budidaya kerang hijau.

Hal tersebut sesuai rekomendasi pemerintah, FAO, serta organisasi Abandoned Lost or Otherwise Discarded Fishing Gear (ALDFG).

 

Ketua HNSI Bandar Lampung Kusaeri menilai, materi yang disampaikan dalam PKM tersebut sangat mengena dan sangat penting bagi masyarakat pesisir.

Sebab, sampai saat ini masih banyak masyarakat pesisir yang masih kurang peduli terhadap bahaya pencemaran lingkungan laut. “Saya kira materi yang disampaikan sangat cocok dengan keadaan nelayan dan masyarakat pesisir lainnya,” ujarnya. [DNU]

]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *