Polda Metro Jaya Gandeng Media TV Wujudkan Tayangan Sehat
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jakarta Raya dan Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya berkolaborasi untuk mewujudkan tayangan yang sehat bagi publik.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mohammad Fadil Imran menegaskan, media dan polisi sebagai pengawal peradaban atau social engineering, harus mampu menciptakan peradaban masyarakat Indonesia yang naik kelas seperti negara-negara demokrasi yang lebih maju.
“Kami punya kepentingan bagaimana supaya proses demokrasi berjalan dengan baik di Indonesia,” ujar Fadil didampingi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus dan jajaran Polda Metro Jaya.
Untuk itulah, Polda Metro Jaya mengadakan diskusi tentang Sinergi Kepolisian dan Media TV untuk Menciptakan Tayangan yang Sehat bersama sejumlah perwakilan media TV di Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Selasa (26/10).
Pengurus IJTI Jakarta Raya yang hadir dalam diskusi tersebut antara lain Feby Budi Prasetyo (Ketua), Hazmi Fitriyasa (Wakil Ketua), Kennorton Hutasoit (Sekretaris), Denny Batubara (Bendahara), dan jajaran pengurus lainnya dari berbagai media televisi.
Diskusi antara jurnalis dan Kapolda berlangsung interaktif. Fadil dalam paparannya menjawab pertanyaan jurnalis. Fadil menjelaskan, polisi sebagai salah satu social engineering ingin tampil di media sebagai aparat yang menjalankan tugas pencegahan dan penindakan secara profesional.
“Polisi yang diberitakan membentak-bentak warga, kesan arogan, itu tidak profesional. Saya berharap yang ditampilkan itu, polisi yang bekerja profesional. Ketika menangkap pelaku kasus narkoba, misalnya, polisi bisa melakukan tes urine di tempat, jadi tidak perlu debat di lapangan, cukup buktikan dengan hasil tes urine terbukti positif,” tutur Fadil.
Polda Metro Jaya juga telah menyediakan berbagai peralatan dan teknologi untuk pencegahan dan pengintaian terhadap pelaku kejahatan atau kriminal. Setiap sudut Ibu Kota Jakarta, tersedia kamera dan teknologi face recognition, menurut Kapolda, akan membuat setiap orang pelaku kejahatan tidak bisa sembunyi.
“Polisi punya kamera dan punya teknologi face recognition. kamu pelaku kejahatan tidak bisa sembunyi,” tegasnya.
Fadil menginginkan, berita yang seharusnya disuguhkan kepada publik adalah berita yang dibuat dengan hati.
“Ini adalah segi tiga indah, media, cerita, dan cinta. Jika cerita itu kita buat dengan hati, insyaallah masyarakat akan melihat dengan hati pula. Tentu saja semua karya yang dibuat dengan hati pasti akan menghasilkan sesuatu yang dapat diterima akal sehat,” pungkas Fadil.
Ketua IJTI Jakarta Raya Feby Budi Prasetyo dari MNC TV menegaskan, IJTI merupakan wadah para jurnalis TV yang menjungjung tinggi kemerdekaan pers yang professional.
“Berita yang sehat dihasilkan oleh jurnalis yang kompeten. Salah satu tugas IJTI meningkatkan profesionalisme jurnalis melalui uji kompetensi,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Sekretaris IJTI Jakarta Raya Kennorton Hutasoit dari Metro TV mengatakan kemerdekaan pers yang professional menghormati kemerdekaan polisi dalam menjalankan tugasnya.
Pers, kata dia, hadir untuk pemenuhan kebebasan berekspresi dan hak informasi sebagai hak asasi dan kebutuhan pokok warga negara. Polisi juga hadir untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat. “Pers dan polisi yang professional sama-sama bertujuan untuk memajukan demokrasi,” ujarnya.
Pada penghujung diskusi, Kapolda Metro Jaya berjanji akan terus bersinergi dengan media TV untuk membangun citra dan realitas Ibu Kota Jakarta yang aman dan nyaman bagi setiap warga negara. [FAQ]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID