Pabrik AC Panasonic Relokasi Dari Malaysia Mulai Operasi
Pabrik AC inverter Panasonic relokasi dari Malaysia ke Indonesia mulai beroperasi. Beroperasinya pabrik ini diharapkan bisa menekan impor AC.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, relokasi pabrik tersebut merupakan salah satu langkah yang strategis dalam pencapaian program substitusi impor 35 persen dan pendalaman struktur industri, khususnya untuk produk AC. Tingginya nilai impor AC juga menjadi perhatian Kemenperin.
Sejalan dengan program substitusi impor 35 persen dan Program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), Kemenperin akan berupaya dan mendorong Kementerian/Lembaga terkait serta para stakeholder agar pangsa pasar produk AC dapat didominasi hasil produksi dalam negeri.
“Kami juga meminta agar para produsen AC lainnya menangkap peluang ini untuk dapat berproduksi di Indonesia,” jelas Agus.
Agus menambahkan, fasilitas produksi AC yang dimiliki oleh PT. Panasonic Manufacturing Indonesia (PT. PMI) merupakan salah satu upaya pendalaman struktur industri elektronik. Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk AC yang mencapai 40 persen menunjukkan bahwa sebagian komponen telah diproduksi oleh PT. PMI di dalam negeri.
“Saya melihat PT PMI dapat meningkatkan investasi, terutama untuk sektor komponen AC yang belum diproduksi di dalam negeri, salah satunya produk compressor,” terangnya.
Agus menyebut, ini merupakan waktu bagi pemerintah untuk menetapkan threshold TKDN produk elektronika sebagai syarat edar produk. “Hal ini perlu dikaji karena dapat memberikan dukungan dan juga keyakinan bagi para calon investor dan industri yang akan merelokasi pabrik ke Indonesia, agar produknya dapat diserap oleh pasar dalam negeri,” paparnya.
Agus juga memberikan apresiasi kepada PT. PMI atas dukungannya terhadap upaya pendalaman struktur industri elektronika dengan terus berinovasi dan menambah lini produk yang mampu mengisi pasar lokal maupun internasional.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier menjelaskan, pasar produk AC di Indonesia mencapai sekitar 1,8 Juta set per tahun. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat.
“Namun, saat ini suplai dari produsen dalam negeri masih sekitar 20 persen. Oleh karena itu, perbedaan antara supply dan demand ini dapat dijadikan peluang oleh produsen-produsen AC untuk dapat melakukan proses produksi di Indonesia,” ujarnya.
Data menunjukkan, impor produk AC tergolong besar, yakni 0,33 miliar dolar AS pada 2020, turun 19 persen dibandingkan impor tahun 2019 sebesar 0,41 miliar dolar AS. Namun, data impor pada kuartal III-2021 menunjukkan bahwa impor produk AC kembali mengalami kenaikan sebesar 36,8 persen dari 0,29 miliar dolar AS periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 0,398 miliar dolar AS.
Di sisi lain, ekspor produk AC juga mengalami kenaikan sebesar 136,5 persen dari 0,55 miliar dalar AS pada kuartal III-2020 menjadi 0,13 miliar dolar AS pada kuartal III-2021. “Hal ini menunjukkan adanya potensi pasar AC di dalam negeri yang semakin meningkat serta peningkatan produksi dan daya saing industri AC untuk pangsa ekspor,” jelasnya.
Presiden Direktur PT PMI, Tomonobu Otsu menyampaikan, Panasonic ingin melaksanakan misinya berkontribusi pada Indonesia, dan secara aktif akan melakukan perluasan investasi serta meningkatkan bisnis di Indonesia melalui produk-produk yang mendukung kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel memaparkan, keberhasilan memproduksi AC dengan model baru, yang merupakan relokasi dari Malaysia, tidak lepas dari bimbingan Kemenperin yang selalu memperhatikan, memberikan dukungan, serta mendengar kesulitan para pabrikan. “Hal penting yang harus dicatat, para pelaku industri juga terdorong untuk menghasilkan nilai tambah di Indonesia karena modal pasar kita yang besar,” ujarnya.
Rachmat menambahkan, P3DN juga harus didorong, karena konsep pemerintah untuk meningkatkan komponen di dalam negeri dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat, juga akan ada investasi yang besar. Hal tersebut akan semakin memajukan sektor industri. [DIT]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID