Nekat Keluyuran Di Mall 9.855 Orang Positif Corona Benar-benar Tak Bermoral
Sebanyak 9.855 orang yang positif Corona masih bebas keluyuran di ruang publik, termasuk mall. Kondisi ini membuat warganet geram. Mereka pun mencap orang-orang tersebut tak bermoral, karena bisa menularkan virusnya ke orang lain.
Jumlah orang positif Corona yang masih keluyuran itu terlacak lewat aplikasi PeduliLindungi yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 5 Oktober 2021. Mereka terlacak ketika melintasi di tujuh sektor yang menerapkan aplikasi tersebut, yaitu perdagangan, transportasi, pariwisata, perkantoran atau pabrik, keagamaan, pendidikan, dan olahraga.
Sejauh ini, sudah 73.643.524 orang menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai akses masuk ke 24.668 lokasi. Pergerakan mereka terlacak setiap melakukan skrining saat memasuki ruang publik.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kaget campur jengkel melihat banyaknya orang yang berkategori hitam masih nyelonong masuk mall, tempat wisata, transportasi umum, bioskop, tempat ibadah, sekolah, apartemen, perkantoran dan lainnya. “Kami kaget juga,” ungkap pria yang akrab disapa BGS itu, dalam Seminar Sespim Lemdiklat Polri, kemarin.
Ia melanjutkan, temuan tersebut nantinya akan menjadi catatan bagi Pemerintah untuk memperbaiki sistem skrining di tempat publik. “(Dengan) temuan itu, nanti kita bisa lebih perbaiki,” tegasnya.
Ia merinci, dari 9.855 orang positif Covid-19 itu, sebagian besar terlacak keberadaannya di pusat perbelanjaan atau mall. Yakni mencapai 6.380 orang. Sisanya, 1.068 orang terdeteksi di pabrik, 399 terdeteksi di transportasi darat, 109 terdeteksi di transportasi udara, 253 terdeteksi di bioskop, 257 terdeteksi di rumah makan, 127 terdeteksi di hotel, 38 terdeteksi di tempat wisata, dan 573 terdeteksi di perkantoran.
Dari tujuh sektor yang dipantau PeduliLindungi, Pemerintah menaruh kewaspadaan penuh di sektor aktivitas keagamaan. Sebab, pada hari-hari besar keagamaan, mobilitas masyarakat sangat tinggi. Sementara, disiplin protokol kesehatan sangat rendah.
Kondisi semacam ini, sebutnya tidak cuma terjadi di Indonesia. Tapi juga di negara-negara lain. Salah satunya India, ketika Covid meledak karena aktivitas keagamaan hari raya besar.
“Karena semua lonjakan kasus di kita terjadi sesudah acara keagamaan. Bukan mingguan, kita Jumat ke masjid, Minggu kita ke gereja. Bukan itu. Tapi hari besarnya,” tambah dia.
Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono tidak menyalahkan Pemerintah dalam persoalan ini. Justru, dia menilai skrining lewat aplikasi PeduliLindungi sukses. Karena bisa melacak pergerakan orang positif Covid-19.
“Masyarakat ini yang membandel. Kirim aja mereka langsung ke isolasi terpusat,” saran Pandu Riono, ketika berbincang dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Harusnya, kata Pandu, orang yang teridentifikasi positif Covid-19 itu sadar menjalani isolasi mandiri. Karena bandel, mereka harus dikerasin. “Langsung diciduk aja. Ditangani oleh Dinkes, diperiksa ulang, alamatnya di mana, kemudian dikirim ke isolasi terpusat,” saran dia lagi.
Di dunia maya, warganet juga kesal dengan ulah orang-orang tadi. Mereka meminta yang positif Corona itu untuk sadar diri dan melindungi orang lain agar tidak terinfeksi juga.
“Please deh, yang sakit tuh pada tahu diri. Hidupmu susah kenapa harus nyusahin hidup orang lain juga?” tulis akun @rainbownstar.
Akun @prapto57 setuju dengan saran Pandu Riono. “Tangkepin, masukin ruang isolasi/RS sampai sembuh,” tulisnya.
Sementara, akun @Sesa_Opas nggak mau ribut. Dia memilih untuk memaklumi saja. “Dah maklum. Makanya kalo pergi ke pusat keramaian, asumsinya adalah semua orang positif,” usul dia.
Tapi, ada juga yang masih bingung. Kok bisa aplikasi PeduliLindungi tahu penggunanya ada yang positif Covid. “Wait… Aku kok nggak paham… Dari mana aplikasi tersebut tahu yang bersangkutan kena Covid apa tidak?… Bukannya yang install aplikasi tersebut orang yang sudah di vaksin?” tanya @ivan_aang. “Hasil swab antigen dan PCR yang resmi langsung nge-link ke peduli lindungi,” jelas @rahmad_kh. [SAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID