Meski Penyerapan Beras Bulog Rendah Operasi Pasar Jalan Terus

<p>Meskipun penyerapan beras Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) masih rendah, namun Operasi Pasar jalan terus. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga kebutuhan pokok tersebut selama bulan Ramadan.</p>
<p>Mendekati panen raya, Bulog mencatatkan realisasi pengadaan per Kamis (16/3) siang sebanyak 32.557 ton. Beras itu terdiri atas Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan beras komersial.</p>
<p>Bila dibandingkan dengan tar­get penyerapan yang ditetapkan Pemerintah, yaitu 2,4 juta ton serapan, maka capaian tersebut masih jauh dari target.</p>
<p>Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, renda­hnya angka penyerapan tersebut karena belum banyak wilayah produksi padi yang mulai panen.</p>
<p>Sejauh ini beras petani yang berhasil diserap Bulog untuk stok CBP sebanyak 18.000 ton.</p>
<p>“Memang jauh sekali (dari tar­get). Tapi bukan kami yang tidak mau menyerap (beras petani), tapi karena sekarang produktivitasnya (masih) terbatas,” ujar Buwas, sa­paan Budi Waseso, di Transmart Cempaka Putih, Rabu (15/3).</p>
<p>Selain itu, beras yang ada saat ini banyak diambil oleh penggil­ingan, rumah tangga dan swasta.</p>
<p>Karenanya, Bulog tidak maksimal menyerap beras kare­na stoknya terbatas. Terlebih Bulog sifatnya sebagai <em>buffer stock</em> atau pengamanan beras.</p>
<p>“Kalau ada produksi lebih ya kami ambil,” katanya yang akrab disapa Buwas.</p>
<p>Di kesempatan berbeda, Di­rektur Bisnis Perum Bulog Feb­by Novita mengatakan, setiap bulan konsumsi pangan atau beras masyarakat mencapai 2,5 juta ton, atau sebanyak 30 juta ton dalam satu tahun.</p>
<p>Sementara CBP, kata dia, pors­inya hanya sekitar 5 persen, yak­ni untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam penanggulangan keadaan darurat bencana, penanganan kerawanan pangan pasca bencana dan kerja sama internasional bantuan sosial. Serta keperluan lain terkait dengan bantuan sosial sesuai ke­pentingan Pemerintah.</p>
<p>“Jadi wajar, saat harga gabah atau beras tinggi, petani jual ke pihak lain yang menawarkan harga tinggi. Tidak apa-apa seka­rang penggilingan-penggilingan kecil dipenuhi dulu, pedagang juga. Yang penting, stok ter­jaga,” kata Febby kepada <em>Rakyat Merdeka</em> di Jakarta, Rabu (15/3).</p>
<div style=”page-break-after: always”><span style=”display: none;”> </span></div>
<p>Meski demikian, Bulog tetap berupaya menyerap hasil panen petani. Bahkan di tengah tingginya harga gabah, pihaknya su­dah menginstruksikan ke seluruh kantor wilayah untuk melakukan penyerapan dengan harga pasar alias harga komersial.</p>
<p>“Untuk CBP itu kan, ada ketentuan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dari Bapanas (Badan Pangan Nasional). Nah, HPP itu ada untuk menjaga kalau harga (beras petani) jatuh. Bulog harus masuk saat itu,” terangnya.</p>
<p>Ia mencontohkan, harga gabah atau beras petani jatuh biasanya ketika terjadi gagal panen akibat faktor cuaca. Seperti lahan sawah terendam banjir. Sehingga kadar air dan kualitas hasil panen tidak sesuai syarat yang ditentukan Pemerintah.</p>
<p>Meski demikian, Bulog memiliki infrastruktur pendukung untuk membantu para petani agar hasil panennya tetap bisa diserap oleh Bulog.</p>
<p>Ia menegaskan, penyerapan produksi dalam negeri juga un­tuk menjalankan penugasan dari Pemerintah. Seperti Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Bantuan Sosial (Bansos) dan lainnya.</p>
<p>“Makanya, kami tetap melaku­kan penyerapan gabah atau beras petani untuk memenuhi pro­gram SPHP, meskipun dalam penyerapannya memakai harga komersial,” ungkapnya.</p>
<p>Terlebih untuk memenuhi kebutuhan pangan selama Ramadan dan Lebaran, Pemerintah kerap menugaskan Bulog untuk melakukan operasi pasar (OP) atau pelaksanaan Program SPHP.</p>
<p>Menurutnya, sejak awal tahun sampai saat ini Bulog sudah me­nyalurkan beras Operasi Pasar sebanyak hampir 500 ribu ton.</p>
<p>“Operasi Pasar kami laksanakan setiap hari secara masif melalui pengecer di pasar tradisional, ritel modern, jaringan Sahabat Rumah Pangan Kita (RPK), sinergi BUMN serta distributor,” katanya.</p>
<p>Dengan stok yang dikuasai Bu­log, sambung dia, masyarakat tidak perlu khawatir dalam menyambut Ramadan dan Idul Fitri tahun ini.</p>
<p>“Kami harap Operasi Pasar ini mampu menahan laju kenaikan harga beras,” harapnya.</p>
<p>Selain Bulog, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) <em>Hold­ing </em>Pangan ID Food, juga meny­iapkan stok dan pendistribusian beberapa komoditas pangan untuk persiapan Ramadan.</p>
<div style=”page-break-after: always”><span style=”display: none;”> </span></div>
<p>Direktur Komersial Holding Pangan ID Food Ardiansyah Chaniago mengatakan, tahun ini pertama kalinya ID Food ikut serta dalam penugasan yang di­berikan Pemerintah dalam pengadaan pangan selama Ramadan.</p>
<p>Ia menuturkan, selain peneri­maan penugasan, pihaknya me­nyiapkan skema komersial B2B (<em>Business to Bussiness</em>) dengan pelaku usaha pangan untuk be­berapa komoditas. Seperti gula, daging dan minyak goreng maupun kebutuhan sembako pangan memenuhi kebutuhan masyarakat.</p>
<p>“Kami menargetkan 103 titik bazar, 130 titik Gerakan Pasar Murah (GPM) dan 570 pasar pantauan untuk mendistribusikan sembako pangan sinergi <em>stake­holders</em>,” beber Ardiansyah dalam acara Ngopi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan tema Ketahanan Pangan dan Ke­sehatan, di Jakarta, Rabu (15/3).</p>
<p>Di kesempatan yang sama, Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan, sejumlah komoditas pangan seperti beras, daging sapi, daging ayam, minyak goreng, tepung dan lainnya biasanya akan mengalami peningkatan konsumsi seperti tahun-tahun sebelumnya.</p>
<p>Karena itu, pihaknya akan mendorong berbagai komoditas yang menjadi tanggung jawab BUMN dapat dipenuhi.</p>
<p>Sehingga bisa men-<em>sup­port </em>langkah-langkah Pemerintah di sisi penyiapan pangan selama masa Ramadan dan Lebaran nanti.</p>
<p>“Apa yang menjadi tugas kami dalam memenuhi kebutuhan pangan, tentu sesuai kapasitasnya BUMN, itu yang kami penuhi. Se­hingga diharapkan saat puasa dan Lebaran tidak ada yang kurang dan itu komitmen kami,” ujarnya.</p>
<p>Meski ia mengakui, kontri­busi BUMN dalam pemenuhan komoditas pangan tersebut tidak bisa mencapai 100 persen.</p>
<p>Ia mencontohkan, untuk pengadaan daging, khususnya dag­ing kerbau, Bulog memiliki stok sebanyak 18 ribu ton. Sementara PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI selaku induk Holding ID Food memiliki stok daging (sapi) sebanyak 3.500 ton.</p>
<p>Artinya, sambung Arya, pengadaan stok dari kedua BUMN tersebut mampu berkontribusi sekitar 30-40 persen dari kebu­tuhan daging secara nasional.</p>
<p>Begitu pun komoditas pangan lainnya seperti minyak goreng (migor). BUMN berkomitmen memenuhi kebutuhan migor sekitar 10 sampai 20 persen dari kebutuhan nasional.</p>
<p>“Kalau beras, <em>Insya Al­lah</em> aman. Misal, daging, minyak goreng, kan tidak semua oleh (pengadaan) oleh BUMN. Tapi, seti­daknya bagian yang dikerjakan BUMN bisa ditangani dengan baik. Jadi, BUMN Pangan ini siap menghadapi hari besar nanti,” tukasnya. ■</p> .
Sumber : Berita Bisnis Hari Terbaru