Meski Di Tengah Pandemi Program CSR Perusahan Korsel Pantang Kendor

0

Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) dipandang sebagai salah satu bentuk kemitraan yang erat antara perusahaan-perusahaan Korea Selatan (Korsel) dengan masyarakat di ASEAN. Apalagi, baik ASEAN maupun Korsel, merupakan mitra terbesar bagi masing-masing pihak.

Duta Besar Korsel untuk ASEAN Lim Sungnam mengatakan, saat ini, Korsel merupakan lima besar mitra kerjasama ASEAN. Sedangkan ASEAN merupakan mitra kerjasama terbesar kedua bagi Korsel. Meski di tengah pandemi Covid-19, kemitraan terus berlanjut, termasuk dalam bidang perdagangan.

Tahun lalu, kata Sungnam, nilai perdagangan antara Korsel dengan ASEAN mencapai 144 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 2.059 triliun. Di saat yang sama, ASEAN berada di peringkat kedua dalam hal investasi luar negeri langsung Korsel.

“Investasinya mencapai 120 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.709 triliun),” terangnya, dalam forum diskusi ASEAN-ROK CSR Forum, dengan tema “Best Practices of Korean Companies in ASEAN Member States“, Kamis (7/10).

Acara yang digelar oleh Misi Republik Korea untuk ASEAN, bekerjasama dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) ini, dibuka oleh Duta Besar (Dubes) Republik Korea untuk ASEAN, Lim Sungnam.

 

Sambutan Pembukaan berturut-turut disampaikan oleh Sekjen ASEAN, Dato Lim Jock Hoi; Direktur Jenderal Urusan Ekonomi Bilateral, Kementerian Luar Negeri Korsel, Lee Miyon serta Presiden dan CEO Badan Promosi Investasi Perdagangan Korea (Korea Trade-Investment Promotion Agency/KOTRA), Yu Jeoung Yeol.

Sementara presentasi kegiatan CSR disampaikan oleh Wakil Direktur Foundation for Korea Software Global Aid, Kamboja, Chen Phirum; Wakil Presiden Perwakilan PT POSCO Indonesia, Park Yong Nam; Direktur Pelaksana Coway, Malaysia, Choi Ki Ryong; Pengacara In-House & Manajer Hubungan Masyarakat, Shinhan Bank (Cabang Yangon), Myanmar, Ei Thinzar Aung dan Manajer Kewarganegaraan, Kompleks Samsung Vietnam, Nguyen Mai Linh.

Sedangkan diskusi panel yang dipandu Dr Dino Patti Djalal, Pendiri dan Ketua FPCI ini, menghadirkan tiga narasumber. Yakni Direktur Lembaga Penelitian ESG, Pusat Produktivitas Korea, Kim Dongsoo.

Dua lainnya adalah Wakil Presiden Perwakilan PT POSCO Indonesia, Park Yong Nam, dan Wakil Sekretaris Divisi Kebijakan dan Hubungan Internasional, Kementerian Pengembangan Pengusaha dan Koperasi (Ministry of Entrepreneur Development and Cooperatives/MEDAC) Malaysia, Syahrul Idzuan bin Mohamad.

Acara yang digelar secara virtual itu bertujuan menampilkan kegiatan CSR terbaik perusahaan-perusahaan Korsel di berbagai negara ASEAN. Juga, mendiskusikan langkah untuk meningkatkan dampaknya bagi masyarakat di kawasan.

Menurut Dubes Republik Korea untuk ASEAN, Lim Sungnam, forum itu tidak semata untuk menampilkan kegiatan CSR terbaik perusahaan-perusahaan Korsel di berbagai negara ASEAN. Lebih dari itu, diskusi yang muncul diharapkan dapat meningkatkan variasi kegiatan, sekaligus dampak positif secara lebih luas bagi masyarakat di kawasan.

Forum tersebut, ujarnya, sejalan dengan Cetak Biru Masyarakat ASEAN 2025 dan rencana implementasi Kerangka Menyeluruh Pemulihan ASEAN. “Yang menekankan peran sektor swasta dalam usaha integrasi kawasan serta pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19,” terang peraih gelar MA bidang Ilmu Politik dari Harvard University, AS ini.

Dari pengamatannya, Sungnam melihat, kegiatan-kegiatan CSR perusahaan-perusahaan Korsel lebih banyak fokus di dua area. Yakni pendidikan atau pengembangan sumber daya manusia secara umum dan kesehatan publik.

“Isu kesehatan publik menjadi bagian melekat dari kehidupan masyarakat yang dilanda pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir,” jelas peraih penghargaan Knight Commander of the Royal Victorian Order oleh Kerajaan Inggris (2013) dan Order of Service Merit (Yellow Stripes) oleh Presiden Korea Selatan (2016) ini.

Sungnam menegaskan, kegiatan dan bentuk CSR sewajarnya terus berevolusi, seiring kebutuhan di masyarakat. “Kebutuhan CSR atas lingkungan hidup akan meningkat di masa-masa mendatang,” kata Direktur Senior Strategi Keamanan Nasional, Kantor Presiden Korsel pada 2006 ini.

 

Kebijakan NSP

Di bawah kepemimpinan Presiden Moon Jae-in, sejak 2017, Pemerintah Korsel menoleh ke selatan melalui kebijakan New Southern Policy (NSP). Sejak itu pula, belasan ribu perusahaan Korsel membuka usaha mereka di kawasan Asia Tenggara. Selain mengembangkan kegiatan bisnisnya, melalui kegiatan-kegiatan CSR, perusahaan-perusahaan itu mewujudkan diplomasi lunak Korsel.

Dalam forum ini, sejumlah perusahaan asal Korsel membagikan pengalaman mereka dalam melaksanakan misi berkegiatan sosial di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Wakil Presiden Posco Indonesia, Park Yong Nam menyatakan, isu-isu sosial terus berkembang. Sehingga pengaruh korporasi dan tanggung jawabnya pun ikut meluas. Dalam tataran praktis, korporasi-korporasi wajib ambil bagian dalam mencari solusi-solusi atas persoalan sosial di tengah masyarakat.

”Perusahaan-perusahaan, seperti halnya warga, melaksanakan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari masyarakat, bukan semata memburu tanggung jawab ekonomi,” kata Park.

Bisnis Grup Posco Indonesia mencakup sembilan perusahaan, dengan jumlah pekerja mencapai 5.800 orang. Beberapa kegiatan CSR yang dilakukan perseroan antara lain, membangun rumah bagi masyarakat kurang mampu, memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat lokal tempat usaha-usaha Posco berlangsung, hingga festival pertukaran budaya Korsel dan Indonesia yang digelar secara tahunan.

Park mengatakan, lewat kegiatan CSR itu pihaknya memiliki kesempatan sekaligus mengalami harmonisasi hubungan Korsel-Indonesia. “Yang terwujud pada komunikasi dengan masyarakat di Indonesia secara langsung,” jelasnya.

 

Pengalaman serupa juga dialami Samsung di Vietnam. Sebagaimana diungkapkan Citizenship Manager Samsung Vietnam Complex, Nguyen Mai Linh, kegiatan CSR didasarkan pada visi korporasi terhadap masyarakat setempat.

Visi tersebut di Vietnam adalah memberdayakan generasi penerus untuk mencapai potensi mereka secara optimal dan menjadi pioner-pioner bagi perubahan sosial yang positif. Hal itu diterapkan dalam sejumlah program CSR mereka.

“Antara lain, program sekolah pintar, program pelatihan, sekolah harapan dan program talenta masa depan,” kata Linh.

Sekolah Harapan Samsung, lanjut dia, telah membantu setidaknya 1.400 murid sekolah dasar dan menengah di Vietnam. Program itu mencakup sejumlah wilayah di Vietnam, mulai dari Bac Ninh, Thai Nguyen, Bac Giang, Lang Son, dan Dong Nai. “Menciptakan sebuah dunia yang lebih baik menjadikan inovasi-inovasi bagi masyarakat itu lebih bermakna,” jelas Linh.

Selain itu, para pejabat eksekutif perusahaan-perusahan Korsel ini juga mengaku tidak memiliki masalah berarti dalam melaksanakan kegiatan CSR mereka. Budaya K-Pop yang telah menyebar di dunia, termasuk di Asia Tenggara, dirasa ikut memudahkan cara dan strategi pendekatan mereka dengan masyarakat setempat.

Kondisi pandemi Covid-19 memang membawa konsekuensi, berupa sulitnya situasi bagi perusahaan-perusahaan ini. Tapi, tidak masalah dalam kegiatan CSR secara umum. Program-program penanggulangan dan pemberdayaan masyarakat untuk bangkit dari tekanan ekonomi dan kesehatan akibat pandemi dipilih digelar sejumlah perusahaan. [PYB]

]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *