Kemlu Kenalkan Kopi Nusantara Bagi Diplomat RI
Bertempat di Pusdiklat Kemlu, Direktur Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu), Lintang P. Wibawa meresmikan acara bertema “Pengenalan Kopi Nusantara” untuk 62 orang peserta Sekdilu Angkatan ke-42, pada Senin (8/11).
Untuk pertama kalinya kegiatan pendidikan kopi untuk para diplomat ini diselenggarakan dalam bentuk pengenalan kopi secara teori dilanjutkan dengan praktik.
Kegiatan coffee tasting dilakukan di Pusdiklat dan beberapa Cafe, yaitu Tanamera Cafe dan Noozkav Kafe.
Pada sesi pertama, para peserta yang sudah terbagi ke dalam 6 kelompok masing-masing menyampaikan 6 presentasi selama 7 menit tentang: sejarah dan latar belakang kopi di Indonesia, kopi spesialti, indikasi geografis, para pemangku kepentingan spesialti kopi, produksi kopi dari A sampai Z, serta perdagangan kopi dunia.
Dalam program pengenalan kopi tersebut beberapa duta besar telah diundang sebagai penanggap dan melakukan sharing informasi kepada para siswa Sekdilu.
Mereka adalah Dubes/Diplomat Ahli Utama Prayono Atiyanto, Dubes Djumantoro Purbo dan Dubes Bagas Hapsoro. Kesemuanya telah memberikan tanggapan positif dan feedback kepada para siswa Sekdilu Angkatan 42 tersebut.
”Usai presentasi dari keenam kelompok tersebut, kami berharap semua peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya kepada para pakar dan mendapatkan masukan untuk meningkatkan pemahaman mereka”, ujar Direktur Sekdilu Lintang P. Wibawa, Senin (8/11).
Kemlu juga mengundang enam pemerhati dan produsen kopi untuk melengkapi pemahaman peserta tentang tantangan dan peluang promosi Kopi Nusantara.
Mereka adalah Daroe Handojo (Noozkav Kopi Indonesia), Yugian Leonardy (Gravfarm Indonesia), Suryono Bagus Tani (ALKO Sumatra Kopi), Adi W. Taroepratjeka (Coffee Lab) dan Renata Bukvić-Letica (Tanamera Coffee).
Sebelum dilakukan praktek peracikan kopi dan coffee tasting tersebut, semua peserta telah melakukan test PCR dan antigen. Semua digelar sesuai protokol kesehatan.
Pada sesi kedua ini para peserta dibagi ke dalam 4 kelompok untuk melakukan praktek singkat sebagai barista dan mencoba beberapa jenis kopi nusantara (coffee tasting).
Dalam kerja praktik tersebut diberikan pengenalan tentang coffee tasting khusus kopi spesialti Indonesia. Khusus di Tanamera pelajaran tentang Coffee Tasting diberikan oleh Jason Park, Direktur Tanamera yang juga merupakan Arabika Q Grader.
Coffee cupping menurut Jason ditujukan untuk memperkenalkan speciality coffee Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera, Jawa, Kintamani Bali, Toraja, dan lain sebagainya. Biji kopi hanya bisa dikategorikan sebagai speciality coffee bila memperoleh nilai (grade) 80 atau lebih di skala 100-poin coffee review.
Penilaian tersebut terhitung mulai dari cara penanaman, bentuk biji yang sempurna, serta proses pengolahan dan pengeringan terbaik.
Setelah penjelasan dan contoh diberikan oleh Jason, para siswa Sekdilu diberi kesempatan untuk melakukan coffee tasting termasuk cara menyeduh dan menyajikannya.
Dubes Prayono Atiyanto, salah seorang widyaiswara di Pusdiklat menyatakan bahwa dengan dimulainya pendidikan dan ketrampilan kopi tersebut Kemlu telah membuat sejarah. ”Ini adalah cita-cita kita semua agar kopi dipahami secara utuh,” ujar mentor di Pusdiklat Kemlu tersebut.
Dubes Prayono mengatakan, bahwa segala aspek yang berkaitan dengan sejarah, tradisi, kehidupan sosial sampai promosi kopi di luar negeri harus dipahami dan dijalankan oleh diplomat Indonesia.
”Namun menggarap kopi tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri”, ujar Dubes Prayono.
Hal ini merujuk pada perlunya semangat persatuan dan teamwork yang kuat antara kementerian/lembaga, pengusaha dan akademisi.
Sementara itu Renata Bukvic-Letica dari Kopi Tanamera memberikan apresiasinya kepada Kemlu atas acara pengenalan kopi bagi diplomat dan coffee tasting. Ada beberapa hal menarik yang dikemukakan oleh wakil perusahaan kopi Tanamera ini.
Renata menyampaikan bahwa kopi berpengaruh dalam perdagangan internasional dan semua pihak perlu mengantisipasinya terutama Indonesia saat ini.
Oleh karena langkah Pusdiklat, menurut Renata dalam pendidikan berperan besar dan sangat strategis dalam sustainability (keberlanjutan) kopi. Artinya semakin banyak calon diplomat yang mengetahui tentang produk dan praktiknya, semakin dapat memvalidasi dan memperluas jangkauan pasarnya.
”Ke depan industri kopi perlu bekerja sama dengan IPTEK termasuk teknologi, kimia dan biologi. Bagaimana juga perdagangan akan dipengaruhi oleh mutu, kualitas, dan rekam jejak”, pungkas Renata.
Sementara itu Direktur Noozkav Kopi Indonesia Daroe Handoyo menyatakan penghargaan atas diselenggarakan acara ini.
Menurutnya bahwa diplomat layak memahami kopi sebelumnya mempromosikan kepada pihak luar. Daroe menyatakan bisa memberi masukan seperti ke pelestarian alam. Atau pada pihak yang bergerak di komoditas kopi, supaya lebih bergerak ke konservasi.
”Salah satu perhatian saya adalah melarang adanya luwak tangkaran untuk menghasilkan kopi, yang tidak menguntungkan petani dan mengeksploitasi binatang karena tidak membiarkannya berada di alam liar”, kata Daroe.
Daroe juga mengingatkan bahwa seorang diplomat perlu menjelaskan mengapa antara kopi yang satu dan lainnya punya perbedaan, melihat mana yang berhasil mana yang tidak.
“Melalui acara ini diharapkan tumbuh permintaan terhadap varian kopi Indonesia yang lain, sehingga pada akhirnya turut mendongkrak ekspor kopi Indonesia secara keseluruhan,” ujar Daroe.
Direktur Sekdilu menyatakan bahwa setelah acara pengenalan kopi ini, para pakar dan pengusaha kopi ini akan diwawancarai para siswa Sekdilu pada saat menyusun paper. Paper kelompok ini akan menjadi syarat kelulusan di Sekdilu.
Di akhir pertemuan, para pakar kopi dan para dubes senior sepakat bahwa hasil kertas kerja kelompok ini akan menjadi dasar penyusunan Buku ”Narasi Kopi”. Buku tersebut akan menjadi pengantar praktis mengenai diplomasi kopi yang menjadi pegangan para diplomat RI. [SRI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID