Kasus Covid-19 Melonjak Di Jerman Dan Inggris
Kasus Corona virus disease (Covid-19) di sejumlah negara di Eropa masih meresahkan. Setelah Rusia, Jerman mencatat insiden infeksi virus Corona tertinggi sejak pertengahan Mei. Kemarin, kasus Covid-19 di Jerman mencapai 100 kasus per 100.000 orang sejak sepekan terakhir. Meski angka kasus terbilang tinggi, Menteri Kesehatan Jens Spahn yakin, Jerman dapat mengatasi lonjakan kasus jauh lebih baik. Karena, sekitar 66 persen penduduk Jerman telah divaksinasi lengkap.
“Ini lebih tinggi dibandingkan 63,3 persen orang di seluruh Uni Eropa,” ungkap Spahn optimistis saat diwawancara radio Deutschlandfunk.
Untuk membendung penyebaran kasus Covid-19, Jerman masih memberlakukan sejumlah aturan seperti pemakaian masker dan pembatasan aktivitas di dalam ruangan untuk orang yang tidak divaksinasi hingga musim semi mendatang.
Spahn mengatakan, Jerman mungkin mencabut keadaan darurat namun tetap menegakkan aturan. Masyarakat akan diharuskan tetap memakai masker, melakukan vaksinasi Covid-19, menunjukkan hasil tes negatif atau benar-benar sembuh dari virus Corona sebelum memasuki sebagian ruang publik.
Untuk diketahui, sebanyak 15.145 orang terinfeksi Corona pada Sabtu (23/10). Jumlah itu bertambah 4.196 dibandingkan Sabtu pekan lalu. Sebanyak 86 orang dilaporkan meninggal, sehingga total menjadi 95.077.
Kenaikan kasus itu terjadi ketika para pemimpin dari 16 negara bagian Jerman sedang berdiskusi mengenai langkah yang akan diambil setelah keadaan darurat nasional berakhir pada 25 November nanti. Dengan demikian, pembatasan sosial akan berakhir pula di akhir November. Kecuali bila diperpanjang dengan pemungutan suara parlemen.
Ogah Lockdown
Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak menyatakan, negaranya tidak perlu melakukan lockdown untuk pencegahan Covid-19. Hal itu disampaikan menyusul naiknya kasus Covid-19 di Inggris.
“Saya rasa kita di kondisi yang berbeda dengan keadaan setahun lalu karena sekarang sudah ada vaksin virus Corona. Ada banyak perlindungan dan ini mengubah keadaan. Ini barisan pertahanan kita,” kata Sunak.
Aturan pencegahan penyebaran Covid-19 di Inggris secara signifikan telah berdampak pada perekonomian Inggris. Sebab, banyak larangan yang diberlakukan untuk aktivitas perekonomian. Bagi Sunak saat ini, ekonomi Inggris adalah prioritas.
Sebelumnya pada Jumat (22/10) pagi, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19 tidak ada dalam pilihan. Pernyataan itu disampaikan setelah tim penasehat memperingatkan tindakan awal dengan melonggarkan aturan Covid-19, malah akan membutuhkan pengetatan aturan ke depannya nanti.
Kasus positif Covid-19 di Inggris adalah yang tertinggi di Eropa. Pada pekan ini, kasus harian Covid-19 telah menyentuh rekor tertinggi dalam tiga bulan. Namun dengan adanya vaksinasi, angka kematian akibat Covid-19 masih diyakini tetap di bawah level tahun sebelumnya ketika vaksin belum ada.
Untuk diketahui, jumlah kasus Covid-19 di Inggris naik 17,9 persen selama tujuh hari terakhir, dengan 52.009 dilaporkan pada hari Kamis (21/10). [PYB]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID