Jelang Akhir Pekan, Rupiah Masih Belum Bertenaga
Nilai tukar rupiah pagi ini dibuka loyo. Rupiah dibuka Rp 14.250 per dolar AS atau melemah 0,05 persen dibanding perdagangan kemarin di level Rp 14.242 per dolar AS.
Berbeda dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia justru menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina naik 0,04 persen, ringgit Malaysia menguat 0,03 persen, won Korea Selatan menguat 0,07 persen, baht Thailand naik 0,04 persen dan yuan China melonjak 0,01 persen.
Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya menguat 0,02 persen ke level 93,107. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat tipis 0,01 persen ke level Rp 16.735, terhadap poundsterling Inggris minus 0,02 persen ke level Rp 19.562, dan terhadap dolar Australia menguat 0,05 persen ke level Rp 10.935.
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, rupiah sebenarnya berpeluang menguat seiring dengan tren investor melirik ke aset risiko. Ini tercermin dari penguatan berbagai indeks bursa AS seperti Dow Jones, S&P, dan Nasdaq yang naik di atas 1 persen pada perdagangan Kamis (23/9).
“Sementara harga emas yang merupakan aset aman bergerak turun. Nilai tukar utama dan regional bergerak menguat terhadap dolar AS,” imbuhnya, Jumat (24/9).
Ia mengatakan, jika perbaikan sentimen minat pasar terhadap aset berisiko, berasal dari langkah bank sentral China menyuntikkan dana ke sistem perbankan untuk meningkatkan likuiditas, di tengah krisis utang perusahaan properti Evergrande.
Sementara itu, Evergrande juga menyatakan masih berusaha untuk membayar kewajibannya. Persoalan utang ini belum selesai, tapi untuk sementara, kekhawatiran pasar mereda.
“Rupiah diproyeksi bergerak menguat di kisaran Rp 14.220 sampai Rp 14.200 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.260 per dolar AS,” pungkasnya. [DWI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID