Gus Jazil: Implementasi Empat Pilar Ada Di Kabuyutan Dayeuh Luhur
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid melakukan kunjungan silaturahmi ke komunitas Masyarakat Adat Kabuyutan Dayeuh Luhur, Gegerkalong, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/9). Selain bersilaturahmi, kunjungan tersebut juga bertujuan untuk lebih mengenal komunitas yang dikenal sangat memegang teguh tradisi dan budaya leluhurnya ini.
Kedatangan Pimpinan MPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang biasa disapa Gus Jazil disambut langsung sesepuh dan tokoh Kabuyutan Abah Yusuf, yang langsung membawa Gus Jazil ke padepokan berbentuk bangunan lantai dua berbahan dasar bambu dan material alam lainnya.
Sebagai tamu kehormatan, Gus Jazil disuguhi berbagai penganan khas dan berkesempatan menyaksikan pagelaran seni pencak silat yang dibawakan oleh anak-anak muda Kabuyutan usia belasan tahun.
“Alhamdulillah, saya diberi kesempatan sowan ke Kabuyutan Dayeuh Luhur. Masyarakat Adat ini merupakan salah satu sentrum pelestarian nilai-nilai budaya suku Sunda di Jawa Barat. Dari perbincangan dengan Abah, saya tangkap memang komunitas ini sangat teguh berpegang dan berperilaku mengikuti tradisi leluhur,” ujar Gus Jazil dalam penjelasannya usai pertemuan.
Gus Jazil melihat, teguhnya sikap mereka kepada warisan leluhur sangat luarbiasa dan patut diapresiasi. Sebab, di era sekarang banyak sekali tradisi budaya asli Indonesia yang tergerus perkembangan jaman dan dikhawatirkan akan menghilang. Namun, masyarakat adat ini bisa merawat budaya leluhur terutama kepada generasi muda, sehingga budaya tetap terjaga kelestariannya.
“Yang membuat saya makin kagum adalah pesan dari Abah bahwa bagi seluruh warga Kabuyutan, NKRI dan Merah Putih adalah harga mati serta kebhinnekaan Indonesia mesti dijaga. Ternyata semangat Empat Pilar yang merupakan misi MPR sudah lama diimplementasikan di sini,” katanya.
Pesan kedua yang ditangkap Gus Jazil dari Abah adalah bahwa hidup itu harus manis. Walaupun dalam menjalani kehidupan bertemu dengan asam, pahit dan getir, namun manis harus diraih dengan upaya yang baik.
“Menurut saya, apa yang disampaikan Abah itu sangat sesuai dengan perjalanan bangsa ini. Selama 76 tahun rakyat Indonesia pasti menemui pahit, getir, susah, sengsara falam menjalani proses membangun bangsa. Tapi, semua harus dirasakan manis. Sebab, rasa manis ini akan mengukuhkan kita dan memberikan semangat. Saya rasa nilai-nilai tersebut bisa kita pelajari dan diterapkan dalam situasi bangsa sulit akibat pandemi ini,” terangnya.
Di sesi akhir pertemuan, Gus Jazil menerima hadiah khusus dari Sesepuh Kabuyutan berupa ikat kepala kain berwarna hitam bermotif yang biasa dipakai para tetua Kabuyutan, dan satu setel pakaian adat berwarna hitam. [BCG]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID