Dengar Keluhan Petani Dan Nelayan Morotai Moeldoko Jenderal Rakyat Yang Rela Buka Kupingnya

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dikenal memiliki kepekaan dan kesediaan untuk mendengar suara-suara rakyat kecil dan masyarakat yang dianggap kalangan bawah.
Setiap kali melakukan kunjungan ke daerah atau turun ke bawah, Moeldoko tak pernah lupa meluangkan waktu untuk bertemu, bercengkerama dan bertukar pikiran dengan rakyat kebanyakan. Bagi Moeldoko, itulah esensi paling penting dari kepemimpinan, mendengar suara mereka yang dipimpin.
Hal itu pula yang dilakukan Moeldoko di Desa Dehegila, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Sabtu (21/11). Dengan gayanya yang kebapakan, wajar bila suara-suara masyarakat yang terlontar pun merupakan suara asli warga, tanpa harus melibatkan scenario yang kamuflatif.
Misalnya, karena Moeldoko pun terbuka, mereka juga terbuka menyampaikan keinginan, bahkan keluhan. “Kami butuh traktor untuk mengolah tanah, Pak,” kata Imam, salah satu petani Sistem Perencanaan, Penyusun Program dan Penganggaran (SP4) di Desa Dehegila, dalam kesempatan berdialog dengan Moeldoko.
Imam juga menunjuk betapa jalan menuju lahannya masih berupa tanah liat, yang menyulitkan di saat hujan. Merespons keluhan tersebut, Moeldoko yang juga ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, tidak lantas memberikan angin surga.
Dia bahkan menantang para petani untuk cerdas mencari peluang dan menjawab tantangan hidup. Bagi Moeldoko yang dibesarkan sebagai anak petani, jiwa dan mental petani Indonesia tidak pernah tergantung pada bantuan pemerintah.
“Petani itu harus berdaya. Jangan berharap bantuan terus, jangan mau miskin terus,” imbau Moeldoko.
Namun ia juga menyakinkan, pemerintah pun tidak pernah melupakan sector pertanian yang menjadi sokoguru ekonomi kebanyakan warga masyarakat. Untuk itu, kata Moeldoko, pemerintah senantiasa membuka lebar-lebar aneka peluang untuk mengembangkan sektor pertanian, tak terkecuali pada tanaman hortikultura.
“Pemerintah sudah berikan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bisa jadi modal usaha petani. Seperti biaya pengolahan tanah, tenaga kerja, dan peralatan pertanian. Makanya segera bergabung Gapoktan agar bisa merasakan manfaatnya,” saran Moeldoko.
Selain bertemu dan mendengarkan permasalahan petani holtikultura di zona SP4 Desa Dehegila, Moeldoko juga mengunjungi Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) di Desa Daeko Majiko, Morotai Selatan.
Sebagaimana di Dehegila, saat bertukar pikiran dengan para nelayan, Moeldoko mendapatkan keluhan nelayan tentang kurangnya kapal tangkap, sulitnya mendapat pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, serta kehadiran kapal-kapal tangkap bervolume besar di perairan Morotai, yang meminggirkan peran nelayan setempat dan membawa dampak negatif pada hasil tangkapan mereka.
“Saya akan segera kordinasikan dengan kementerian terkait, agar masalah nelayan di sini bisa segera mendapat jalan keluar,” janji Moeldoko.
Sejauh pengamatan, di setiap lokasi yang dikunjungi Moeldoko, warga tampak antusias berdialog. Terbukti dari terus bermunculannya pertanyaan dan respons dari mereka. Sehingga waktu yang disediakan pun sangat terasa kurang. Sayangnya, bagaimana pun Moeldoko harus taat kepada waktu yang disediakan pengelola acara.
“Kami rakyat Maluku beruntung dapat menemani Bapak KSP Moeldoko, Jendral Rakyat yang selalu mau mendengar keluhan rakyat,” kata Anwar, seorang warga yang tidak kebagian kesempatan berdialog langsung dengan Moeldoko.
Menurut dia, bertemu langsung pejabat pusat seperti KSP Moeldoko, bahkan mendapatkan kesempatan berdialog, nyaris seperti mimpi yang menjadi kenyataan. “Bahkan sebenarnya, bagi kami para petani, profesi yang sampai saat ini masih dianggap paling miskin, bermimpi untuk bertemu pun tidak berani,” kata dia.
Di Desa Dehegila, KSP Moeldoko bersama-sama petani dan pejabat setempat melakukan panen cabai. Sementara di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) Desa Daeko Majiko, mantan Panglima TNI tersebut menyerahkan bantuan kapal tangkap kepada sejumlah nelayan.
Moeldoko berharap, bantuan yang diinisiasi pemerintah daerah tersebut mampu meningkatkan produktivitas nelayan yang berdampak pada industri perikanan di Kabupaten Pulau Morotai.
“Kapal ini jangan dijual, harus benar-benar digunakan untuk menangkap ikan,” kata Bupati Pulau Morotai, Beny Laos, kepada nelayan penerima bantuan kapal. [FAQ]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID