Bos Bukalapak Tepis Isu Dual Listing Di AS
Di tengah anjloknya harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) beberapa hari terakhir, perseroan justru diisukan bakal melakukan dual listing di bursa saham Amerika Serikat (AS).
Isu dual listing muncul setelah ada dokumen penawaran saham BUKA oleh JPMorgan Chase Bank, N.A melalui skema American Depositary Share (ADS). Di mana ADS ini merupakan surat berharga yang mewakili perusahaan di luar teritori AS. ADS memungkinkan surat berharga tersebut diperdagangkan di pasar keuangan AS.
Menjawab isu tersebut, President of Bukalapak Teddy Oetomo membeberkan, dari pihaknya secara resmi, memang tidak pernah ada pernyataan untuk melakukan dual listing di bursa saham AS.
Namun secara gamblang, Teddy juga tak menepis jika ada kemungkinan ke arah sana. “Masa depan tidak ada yang tahu, tapi untuk sekarang tidak ada. Namanya juga perusahaan teknologi seperti kami ini dinamis. Karena kalau ada rencana apa-apa, kita selalu bilang tidak menutup kemungkinan,” ujarnya dalam wawancara khusus bersama media secara virtual, Kamis (14/10).
Selain itu tak dipungkiri, banyaknya pihak yang terus memantau pergerakan saham Bukalapak, juga membawa sahamnya menjadi perhatian market. “Karena bagaimana pun juga, saham kita ini banyak diperhatikan ya, bahkan terdengar sampai ke luar negeri. Jadi menurut kami wajar saja,” imbuh Teddy.
Ia melanjutkan, selama ini yang terjadi di dalam Bukalapak ketika ingin melakukan inovasi rencana bisnis tidak semua berjalan mulus. Itu kenapa selalu dikatakan tidak menutup kemungkinan.
“Seringkali misalnya nih kami punya ide bisnis 10, bisa jadi yang gagal 8 karena nggak cocok dan kurang diminati di lapangan. Nah jika ada rencana-rencana ini itu, tentunya kita selalu untuk explore,” jelas Teddy.
Untuk itu penting bagi pihaknya, untuk selalu belajar dan terus berinovasi mencari peluang serta menciptakan kesempatan. “Bisa jadi kita sudah bekerja keras tetapi Tuhan belum mengizinkan, jadi yang penting usaha terus aja,” katanya.
Lebih lanjut Teddy juga menjelaskan terkait beberapa hari terakhir anjloknya saham BUKA. Pada Rabu (13/10), saham BUKA berkurang 40 poin atau 5,44 persen ke posisi Rp 695 per lembar di bawah harga saat penawaran umum atau IPO (Initial Public Offering) di level Rp 850 per lembar saham.
Pada akhir sesi I Kamis (14/10) tadi siang, saham BUKA parkir di level Rp 730 per lembar saham. Harga tersebut naik 35 poin atau 5,04 persen. Sepanjang sesi BUKA bergerak dalam kisaran Rp 695-750 per lembar saham. Total volume saham yang ditransaksikan sebanyak 304,18 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 219,81 miliar.
Menurutnya, hal itu tak lain disebabkan terjadinya rotasi portofolio investasi yang dilakukan investor. Yang namanya fund manager kata Teddy, saat berinvestasi melihat alokasi tergantung industri. Kebetulan saat ini harga komoditas sedang naik, sehingga banyak investor merotasi beberapa portofolionya di sektor tersebut.
“Akibatnya berimbas pada saham-saham perusahaan non-komoditas termasuk di saham industri teknologi seperti Bukalapak. Saya lihat ini juga terjadi di beberapa saham perusahaan teknologi lainnya, bahkan perbankan,” jelas dia. [DWI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID