Banjir Di Beberapa Tempat Belum Surut Anies Belum Nyemplung
Sejak akhir pekan kemarin, beberapa wilayah di DKI Jakarta terendam banjir. Namun, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan belum terlihat nyemplung ke genangan air.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohammad Insaf mengatakan, hingga siang kemarin, sebanyak 38 RT di Ibu Kota masih tergenang air. RT-RT ini tersebar di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara.
Ketinggian banjirnya bervariasi. Ada yang sampai dada orang dewasa. Ada yang sebetis. Beberapa warga yang rumahnya kebanjiran juga sudah mengungsi.
Sayangnya, hingga kemarin, Anies belum menengok yang terkena banjir itu. Padahal, di banjir-banjir sebelumnya, Anies selalu sigap mendatangi lokasi banjir dan menghibur warga yang terkena musibah.
Ke mana Anies? Seharian kemarin, di Balaikota, kantornya Anies, tidak ada agenda peliputan media. Anies juga tidak muncul di depan publik.
Berdasarkan unggahan di Instagramnya, @aniesbaswedan, pada Minggu (7/11), Anies meresmikan Gedung Gereja Kristen Indonesia (GKI) Puri Indah, Taman Permata Buana, Jakarta Barat. Sementara, kemarin, Anies hanya mengunggah flyer undangan Jakarta Investment Forum (JIF) yang diselenggarakan 11-12 November 2021.
Soal ketidakhadiran Anies di lokasi banjir ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria sigap menjadi back up. Dia menegaskan, Pemprov DKI sudah bekerja maksimal dalam mengatasi banjir. Banjir di Jakarta surut dengan waktu yang cukup singkat, sekitar 6 jam. Jumlah yang tergenang saat ini juga tak sebanyak tahun lalu.
“Sejauh ini, secara umum, itu (target air kering) bisa dipenuhi sebelum 6 jam. Kalau ada yang lebih (dari 6 jam), itu dicek. Tidak banyak. Di daerah yang memang sangat rendah dan intensitasnya tinggi lebih dari 100 milimeter (mm),” katanya, di Balai Kota, kemarin.
Riza menyebut, kesiapsiagaan petugas di lapangan membuat genangan cepat surut. Upaya yang dilakukan seperti penyedotan dengan pompa mobile atau pompa statis yang ada, dan upaya lain seperti pengerukan, dan pembuatan olakan-olakan. Program lainnya, termasuk pembuatan sumur resapan, membantu surutnya air. Dengan begitu, sekalipun hujan deras, dan cuaca cukup ekstrem, genangan bisa dengan cepat surut.
“Alhamdulillah. Jadi, program ini akan terus kita lanjutkan. Yaitu meningkatkan kapasitas daya tampung air, memperbanyak jumlah pompa-pompa statis maupun pompa mobile, dan juga memperbanyak sumur resapan termasuk drainase vertikal dan membuat olakan-olakan di titik-titik yang berpotensi terjadinya genangan apabila hujan melebihi kapasitas yang ada,” tuturnya.
Perlukah Anies selalu nyemplung di lokasi banjir? Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyatakan, tidak. Yang perlu dilakukan Anies adalah penanganan masyarakat yang terdampak banjir.
Namun, dia tidak heran jika Anies selalu disalahkan dalam masalah banjir. “Anies ini unik. Ia salah sedikit akan menyebabkan kegaduhan, termasuk banjir. Anies adalah magnet kritik sejauh ini,” ulas Dedi, kemarin.
Namun, kata dia, jika ingin elektabilitasnya tetap terjaga, Anies harus tetap berada di tengah masyarakat terdampak banjir. Mengawal langsung penanganan, sembari merumuskan regulasi agar menghentikan banjir bukan lagi kerja parsial hanya Pemerintah. Tetapi juga penghuni Ibu Kota, harus bergotong-royong. “Anies dengan kelihaian diplomasinya, rasanya ia sanggup membuat masyarakat satu padu,” pungkas Dedi. [MEN]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID